Tanggul Laut Jakarta: Preskripsi untuk Banjir Rob
	Setiap kota memiliki tantangan masing-masing dalam mewujudkan serta mempertahankan aspek kelayakan hidup penduduknya. Pada Kota Jakarta, salah satu permasalahan terkait kelayakan hidup tersebut adalah bencana banjir. Jakarta terletak di tepi Laut Jawa sehingga terbuka terhadap kemungkinan banjir rob, banjir yang diakibatkan oleh air pasang. Selain itu, Jakarta juga menjadi muara dari 13 sungai yang dapat meluap apabila volume air sungai melebihi kapasitas maksimal sungai pada suatu waktu tertentu. Permasalahan banjir telah ada pada abad ke-17 dan berlangsung hingga saat ini.
Dalam usaha mengatasi banjir rob, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta Pemerintah Pusat membangun tanggul di pesisir Jakarta. Pembangunan ini menjadi bagian dari National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang selesai direncanakan pada tahun 2014. Pengembangan tersebut terdiri dari tiga tahap, yakni Tahap A, B, dan C. Adapun pembangunan tanggul di pesisir Jakarta menjadi bagian dari NCICD Tahap A dengan total panjang 30 kilometer dan memiliki nilai 3,044 triliun rupiah. Sebagai tambahan, tanggul yang sudah terbangun per Juli 2020 memiliki total panjang 9,25 kilometer dan sisanya dalam keadaan sedang dibangun atau dalam persiapan pembangunan.
Peta dalam gambar 1 menunjukkan tempat yang direncanakan untuk pembangunan sea wall atau tanggul laut berdasarkan NCICD Tahap A. Tanggul yang direncanakan menjangkau sebagian besar pesisir di Teluk Jakarta, mencakup seluruh pesisir di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa bagian pesisir Provinsi Banten serta Jawa Barat.
Peta dalam gambar 1 menunjukkan tempat yang direncanakan untuk pembangunan sea wall atau tanggul laut berdasarkan NCICD Tahap A. Tanggul yang direncanakan menjangkau sebagian besar pesisir di Teluk Jakarta, mencakup seluruh pesisir di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa bagian pesisir Provinsi Banten serta Jawa Barat.
Urgensi Tanggul Sebagai Upaya Pencegahan Banjir Rob
Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, Kota Administratif Jakarta Utara menjadi wilayah yang memiliki tingkat bahaya banjir rob tertinggi dibandingkan kota administratif lainnya. Selain itu, Jakarta Utara menempati posisi pertama dalam urutan wilayah paling berisiko terkena banjir se-Asia Tenggara (Immadudina, 2011). Gambar 2 berikut menunjukkan peta tingkat bahaya banjir rob per kelurahan di Jakarta Utara berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012.
Bahaya banjir dikategorikan dalam tiga tingkat yakni rendah, sedang, dan tinggi. Seluruh kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut memiliki tingkat bahaya tinggi dan sedang. Selain itu, umumnya kelurahan dengan tingkat bahaya tinggi berada di sebelah Barat, tingkat bahaya sedang di Timur Laut, sementara tingkat bahaya rendah di Tenggara.
Tingkat bahaya banjir rob serta keberadaan genangan permanen di masa mendatang berpotensi meningkat apabila pemerintah tidak melakukan usaha preventif khususnya pembangunan tanggul di pesisir Jakarta. Ada dua penyebab utama potensi peningkatan tersebut yakni penurunan ketinggian muka tanah dan peningkatan muka air laut. Faktor pertama diakibatkan oleh ekstraksi air tanah secara berlebihan oleh penduduk Jakarta dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Sementara itu, peningkatan muka air laut disebabkan oleh pencairan es di kutub, sebagai akibat dari adanya peningkatan suhu rata-rata bumi.
Visualisasi wilayah tergenang pada gambar 3 merupakan hasil skenario untuk tahun 2100 dengan menggunakan data tahun 2009. Skenario tersebut menggunakan asumsi laju penurunan muka tanah sebesar 4 cm per tahun yang berdasar pada rata-rata aktual tahunan. Selain itu, asumsi lainnya yang digunakan adalah kenaikan muka air laut sebesar 18 cm pada 2100, mengacu pada proyeksi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) kategori low. Berdasarkan kedua asumsi tersebut, faktor penurunan muka tanah memiliki kontribusi yang lebih signifikan terhadap potensi genangan permanen dibandingkan dengan faktor kenaikan muka air laut. Wilayah yang tergenang pada skenario tersebut cukup luas dan tersebar secara merata di Jakarta bagian Utara.
Tanggul laut kini telah menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta untuk mencegah terjadinya banjir rob di masa mendatang. Sebetulnya, tanggul tidak diperlukan apabila masyarakat Jakarta sejak awal telah memiliki kesadaran untuk tidak menggunakan air tanah secara berlebihan. Untuk masa mendatang, upaya edukasi kepada penduduk sekaligus penyediaan infrastruktur air bersih perlu ditingkatkan agar penurunan tanah di Jakarta dapat terhenti.
Daftar Pustaka
- Arief, S. (2014). Analisis Spasial Kerentanan Pesisir Jakarta Utara Terhadap Banjir Pasang (Rob) Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Retrieved from https://docplayer.info/31414673-Analisis-spasial-kerentanan-pesisir-jakarta-utaraterhadap-banjir-pasang-rob-akibat-kenaikan-muka-air-laut-syachrul-arief.html
- Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. (n.d.). National Capital Integrated Coastal Development. Retrieved from https://kppip.go.id/en/priority-projects/water-sanitation/national-capital-integrated-coastal-development-ncicd-phase-a/
- Republik Indonesia. (2014). Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
- Ward, P. J., Marfai, M. A., & Yulianto, F. (2010, August 31). Coastal Inundation and Damage Exposure Estimation: A Case Study for Jakarta. Natural Hazards, 899-916. doi:10.1007/s11069-010-9599-1